Home · Tentang · Policy · Disclaimer · Kontak

Akibat Rokok , Penyakit Akibat Merokok

Akibat Rokok , Penyakit Akibat Merokok - BADAN Kesehatan Dunia (World Health Organization/(WHO) pada tahun 1991 menyatakan rokok bertanggung jawab terhadap 3 juta kematian penduduk dunia setiap tahunnya. Disadari atau tidak rokok telah menggiring manusia pada arah kematian yang tidak hanya lewat kanker, tetapi juga berbagai kerusakan atau penyakit pernapasan, seperti bronkitis kronik, emfisema, penyakit paru obstruksi kronik, pneumonia, penyakit kardiovaskuler, penyakit pembuluh darah otak, serta berbagai penyakit lainnya.

Itulah sebabnya WHO menetapkan setiap tanggal 31 Mei sebagai `hari sedunia tanpa tembakau` atau the world`s no-tobacco day, penentuan oleh WHO ini dilakukan karena perlunya kepedulian dunia untuk mengatasi bahaya akibat rokok.

Dalam memperingati Hari Bebas Rokok Sedunia itu, tema yang diambil untuk tahun 2001 adalah `Sport and the arts Without Tobacco: Play It Tobacco Free!`. International Olympic Commitee (IOC), United Nation Educational, World Health Organization (WHO), dan Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah mengeluarkan deklarasi bersama yang antara lain menyatakan, lingkungan bebas asap rokok merupakan faktor penting dalam perkembangan olahraga, kebudayaan, dan kesenian.
Gb. Akibat Rokok , Penyakit Akibat Merokok
Gambar Akibat Rokok , Penyakit Akibat Merokok

Menurut data yang dikeluarkan oleh WHO, terdapat sekitar 1,1 miliar perokok di dunia ini, di mana 300 juta di antaranya adalah penduduk negara maju. Di lain pihak, di negara berkembang jumlah perokok hampir tiga kali lebih banyak dibanding negara maju, yaitu sekitar 800 juta orang. Jumlah tersebut terdiri dari 700 juta perokok pria dan 100 juta perokok wanita. Secara keseluruhan, 48% pria di dunia adalah perokok dan 12% wanita juga mempunyai kebiasaan merokok. Untuk di negara maju sekitar 41% prianya dan 21% wanita adalah perokok. Sementara di negara berkembang perokok pria mencapai 41% dan wanita 8%.

WHO juga memperkirakan, di antara tahun 1950 sampai tahun 2000 ada sekitar 62 juta orang meninggal karena rokok di berbagai negara maju di dunia. Angka ini adalah 12,5% dari seluruh kematian di kawasan itu. Bank Dunia memperkirakan, konsumsi tembakau di negara maju per orang akan turun dari 2,4 kg menjadi dua kg per tahunnya. Tetapi pada negara berkembang konsumsi tembakau per orang akan meningkat sebesar 12%, dari 1,7 kg menjadi 1,9 kg per orang.

Tingkatkan devisa

Menurut Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE dari Lembaga Menanggulangi Masalah Rokok (LM3), dari sudut ekonomi penjualan rokok memang meningkatkan devisa negara, tetapi kerugiannya juga harus dihitung secara ekonomis. Di Amerika Serikat kerugian akibat merokok mencapai US$221 per kapita per tahun. Tahun 1993, AS menghabiskan 50 miliar dolar untuk menyembuhkan berbagai penyakit akibat merokok. Di Inggris merokok menyebabkan 50 juta hari kerja produktif hilang per tahunnya, sedangkan di Prancis biaya kesehatan yang harus dikeluarkan akibat rokok mecapai 4.500-6.000 juta Franc setiap tahunnya.

Pemerintah Cina juga mengatakan, negaranya pada tahun 1980-an menghasilkan 4 miliar dolar AS akibat perdagangan rokok, tetapi di tahun itu pula harus menghabiskan 5 miliar dolar untuk biaya kesehatan yang ditimbulkan akibat rokok.

Tjandra mengatakan merokok merusak kesehatan karena merupakan pabrik bahan kimia. Setiap isapan asap rokok mengandung `10 pangkat 14` radikal bebas dan `10 pangkat 16` oksidan, yang semuanya tentu akan masuk ke paru-paru. Secara umum bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen padat atau partikel, yang kemudian dapat dibagi lagi menjadi nikotin dan tar.

Hasil penelitian selama 40 tahun di Inggris menunjukkan, separo para perokok yang memulai dari umur remaja akan meninggal akibat berbagai penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokoknya.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kanker Amerika Serikat menunjukkan ada peningkatan angka kematian sebanyak 701/100.000 penduduk akibat merokok.

Hasil penelitian tersebut mencatat kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti bronkitis kronik, kanker paru, emfisema & berbagai macam penyakit paru yang lain. Selain itu adalah tenggorok, kanker mulut, pankreas dan kandung kencing, penyakit pembuluh darah ulkus peptikum dll. Data menunjukkan bahwa kebiasaan merokok menjadi faktor penyebab 87% kematian karena kanker paru, 82% kematian karena bronkitis kronik dan emfisema, 21% pada penyakit jantung koroner dan 18% kematian pada `stroke`.

Mengurangi jumlah rokok atau bahkan berhenti sama sekali menurut penelitian yang dilakukan oleh Krzanosky dkk di Amerika Serikat selama 13 tahun yang melibatkan 1.722 responden ditemukan, terjadi penurunan keluhan pernapasan sebesar 50% pada mereka yang berhenti merokok.

Keluhan-keluhan ini meliputi batuk kronik, batuk berdahak, mengi, dan serangan sesak napas. Penelitian yang dilakukan Dll and Peto juga menemukan, berhenti merokok mempunyai dampak nyata terhadap mortalitas berbagai penyakit akibat merokok. Berhenti merokok merupakan anjuran yang penting dalam penanganan asma bronkial dan bronkiektasis. Kebiasaan merokok memang merupakan salah satu faktor risiko penting sampai terjadinya pnyakit jantung koroner, di samping faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi, tingginya kadar lipid (lemak) dalam darah.

Sementara itu menurut Al Bachri Husin, seorang psikiatri yang menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) di Cilandak, Jakarta Selatan, rokok selain membawa dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan juga memberi kontribusi dalam aspek berperilaku.

Aspek berperilaku di sini adalah tingkah laku karena ketergantungan zat adiktif yang dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling berinteraksi, yaitu: Faktor kepribadian individu, faktor tersedianya zat adiktif itu sendiri, dan faktor lingkungan.

Seseorang yang telah merokok untuk pertama kalinya selalu menjadi seseorang dengan ketergantungan rokok. Seorang individu dapat menjadi ketergantungan karena pengaruh dari faktor kepribadiannya. Faktor kepribadian dapat dikategorikan dalam elemen organ biologik, elemen psikoeduktif, dan elemen sosiokultural.

Menurutnya, secara farmakologi, rokok tembakau mempunyai pengaruh sebagai stimulantia, euphoriant, bekerja menghilangkan anxientas. Kondisi yang menyebabkan merokok tembakau disukai adalah karena pengaruhnya tidak mengganggu penampilan. Tidak seperti alkohol, atau zat adiktif lainnya. Maka, merokok tidak begitu besar pengaruhnya terhadap kapasitas kerja, karena itu secara sosial, merokok tembakau dapat diterima masyarakat.

Secara farmakologi rokok juga mempunyai pengaruh terhadap sensori motor ritual yang terutama menyentuh otot-otot sekitar mulut. Keterlibatan mulut sebagai pusat kenikmatan diri tidak dapat diragukan lagi.

Lebih jauh, Al Bachri menjelaskan, senyawa yang terkandung dalam rokok juga mempunyai efek adiktif yang disebut nikotin. Nikotin menstimulansia dan menekan susunan saraf pusat sehingga mengganggu secara relatif terhadap fungsi persepsi, alam perasaan, pola pikir, dan tingkah laku motorik. Pengaruh tersebut tidak mengganggu penampilan orang yang menggunakannya.

Dalam `Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia II Tahun 1993`, disebutkan, tembakau dapat menyebabkan gangguan mental organik tembakau dan ketergantungan tembakau.

Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa setiap tahun usia remaja yang menggunakan zat adiktif termasuk rokok, untuk pertama kalinya semakin muda. Masa ini dikenal dengan istilah `periode inisiasi`. Semakin muda orang menggunakan zat adiktif, berarti semakin kecil periode inisiasi dan makin besar kemungkinannya menggunakan zat adiktif lain yang lebih berat seperti alkohol, pil tidur dan sebagainya.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) berpendapat bahwa maraknya konsumen rokok tidak lepas dari peranan iklan di media massa serta promosi dari produk-produk rokok. Secara langsung maupun tidak langsung peran dari iklan telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah perokok.

YLKI mengimbau kepada semua tenaga kesehatan, guru, kader, tenaga pengajar agar dapat memberikan penerangan dan pemahaman tentang bahaya merokok dan cara untuk mengatasinya. Perlunya peraturan yang lebih ketat di lingkungan pendidikan terhadap larangan merokok. Hal yang paling penting adalah bagaimana cara untuk menyadarkan konsumen bahwa menjadi seorang perokok tidak akan membawa keuntungan apa pun kecuali mengundang datangnya berbagai penyakit yang akan merugikan kesehatan.

Menurut Al Bachri, problem yang terkait dengan perilaku merokok tidak terlepas dari keterlibatan masyarakat. Upaya pencegahan terhadap problema merokok dapat dibagi atas pencegahan primer, pencegahan ini dilakukan dengan memperkecil waktu (inisiasi) atau mencegah penggunaan rokok sedini mungkin. Pencegahan berikutnya adalah pencegahan sekunder, pencegahan ini ditujukan pada mereka yang sedang berupaya menghentikan kebiasaan merokoknya. Yang terakhir adalah pencegahan relaps, yaitu pengembangan berbagai upaya memperkuat motivasi eks perokok untuk menghentikan kebiasaannya. Upaya ini dapat dikembangkan dengan membentuk kelompok nonperokok di masyarakat. 
==**==

Search Terms: akibat merokok , penyakit akibat merokok , akibat rokok , akibat dari merokok , gambar akibat merokok , akibat merokok bagi kesehatan , video akibat merokok , penyakit paru paru akibat merokok , akibat sering merokok , akibat bahaya merokok , akibat dari rokok

Tag Cloud: hamil saat pada merokok akibat menyusui ibu bagi wanita untuk rokok asap tubuh terhadap panjang jangka efek apa menthol black marlboro kebanyakan pendek waktu dalam mentol dari mengkonsumsi menghisap sering perempuan gigi kesehatan pernapasan organ terutama remaja usia penyakit dan makan setelah kalangan pelajar ahli para menurut kebiasaan keras minuman banyak terlalu gejala sakit artikel dampak elektrik pria mendadak berhenti buruk impotensi kopi minum paru sebab orang foto bahaya video gambar

Artikel keren lainnya: