Bagaimana Cara Menghilangkan Ketombe Di Kepala - MARLINA, seorang karyawan bank swasta berusia 20 tahun, mengeluh dengan ketombe di rambutnya. Yang bikin kesal, ketombe itu datang, lalu hilang setelah dikeramas, tapi kemudian datang lagi, sehingga Marlina sering kehilangan rasa percaya diri. Karuan saja, karena kamu hanya keramas kalau ketombean! kata Susi, rekan sekantornya.
Susi benar. Pakar rambut dan kecantikan sekaliber Rudy Hadisoewarno juga menganjurkan agar pemakaian sampo antiketombe tidak perlu dihentikan walau ketombe sudah dirasa hilang. Apalagi untuk orang semacam Marlina yang setiap hari bergaul dengan panasnya matahari ketika berangkat atau pulang kantor yang membuat tubuh berkeringat, termasuk kulit kepala.
Juga, seperti diungkapkan pakar pengobatan tradisional Prof Hembing Wijayakusuma, kondisi itu memungkinkan terjadi apabila kulit kepala kurang terjaga kebersihannya. Ketika kulit kepala berkeringat, atau dalam kondisi lembab, kotor, akan memudahkan tumbuhnya jamur-jamur. Jamur itulah yang kemudian menyebabkan ketombe, termasuk organisme parasit lainnya, ujar Hembing yang kerap menjadi narasumber dalam acara kesehatan tradisional di televisi itu.
Nah, ketika ketombe-ketombe sudah bercokol di kulit kepala itulah yang sering membuat orang kehilangan rasa percaya diri, sehingga penampilan pun serbajengah dan risih bila berhadapan dengan orang lain. Dan Marlina, sebagai seorang petugas teller di bank tempatnya bekerja, sering mengalami masalah krisis percaya diri itu.
|
Gambar Bagaimana Cara Menghilangkan Ketombe Di Kepala |
Sisik-sisik halus berwarna putih suka rontok di baju. Apalagi, kalau memakai baju hitam, sisik jamur yang berjatuhan akan menjadi masalah. Segala langkah dan sikap pun seakan terganggu. Sebentar-sebentar melihat di pundak kiri dan kanannya apakah ada yang kotor.
Menurut dr Kusmarinah Bramono, SpKK, dari FKUI Bagian Dermatologi, sebenarnya banyak jenis jamur yang tumbuh pada tubuh manusia, khususnya pada bagian permukaan kulit. "Untuk yang tumbuh di kulit kepala merupakan spesies Mallassezia sp yang bentuknya seperti botol. Hal itu sebenarnya sangat normal di tubuh kita, terutama di kulit, yang memang terdapat mikroorganisme.
Jamur umumnya membutuhkan lemak untuk hidup di kulit. Karena itu, ia akan tumbuh subur di kulit yang banyak mengandung lemak seperti di kepala, sisi hidung, alis, di belakang telinga, dan dada.
Apabila lemak di kulit kepala meningkat, jamur ini bisa tumbuh cukup banyak. Bila populasi jamur meningkat, timbullah sisik-sisik yang rasanya gatal bila kena keringat. Bila digaruk, terjadi iritasi pada kulit yang membuat kondisi semakin parah. Populasi jamur yang meningkat ini dikenal di masyarakat berupa ketombe.
Berbagai kondisi memudahkan seseorang berketombe. Ada banyak teori walau penyebab pasti belum diketahui. Faktor genetik, misalnya, karena pertumbuhan kulit yang cepat (hiperproliferasi epidermis), keaktifan kelenjar sebasea diduga bisa menyebabkan ketombe.
Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa pada orang yang memiliki dermatitis seboroik (ketombe), kadar minyak pada kulit kepala tidak bertambah, tetapi komposisi minyaknya yang berubah. Jadi, orang berketombe tidak harus identik dengan kulit kepala berminyak. Mikroba juga diperkirakan sebagai penyebab ketombe adalah suatu jamur yang disebut Pityrosporum ovale, Malassezia sp.
"Perlu dicatat, kondisi atopik seseorang antara lain asma alergika, rinitis alergika, dermatitis atopi atau eksim, juga menunjukkan gejala ketombe. Penelitian menunjukkan lebih dari 50% pasien yang menderita dermatitis ketombe memunyai kondisi atopik," jelasnya. Artinya, seseorang yang memiliki salah satu di atas bisa kemungkinan besar terkena gejala ketombe.
Jamur bisa berkembang biak dengan cepat apabila suhu dan kelembaban udara terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bahkan, penelitian yang dilakukan dr Kurniati dkk dari FKUI tahun 2001 lalu terhadap sekelompok mahasiswa yang menggunakan jilbab/kerudung, menunjukkan 37% berketombe dan sekitar 25% mahasiswa tidak berjilbab yang berketombe. Bahan jilbab yang terlalu tebal, tidak bisa menyerap keringat dan panas, cenderung memicu pertumbuhan mikroba di kulit kepala. Untuk itu, dianjurkan untuk mereka yang berjilbab untuk lebih sering mengeramas rambutnya, atau mengurangi potensi tumbuhnya ketombe dengan menggunakan bahan yang tipis, tidak panas, dan mudah menyerap keringat.
Hingga kini, belum ada penelitian yang pasti apakah makanan bisa menyebabkan seseorang berketombe. "Belum ada hubungan antara makanan dan penyebab ketombe. Memang ada yang menyatakan bahwa minuman beralkohol bisa menyebabkan berketombe atau makanan yang terlalu pedas dan keras bisa memicu lemak di kulit kepala. Juga, diduga keadaan imunitas tubuh dan nutrisi yang rendah sering menyebabkan ketombe."
Salah satu contoh kasus, orang yang mengalami gangguan kekebalan tubuh dan gizi seperti pada penderita HIV/AIDS, pada kulit kepalanya ditemukan ketombe.
Teori lain yang masih pro dan kontra di kalangan ahli kulit adalah kondisi berkala di mana terjadi pengelupasan kulit kepala dalam jumlah kecil. Pengelupasan ini jelas tidak berbahaya dan normal. Namun, ada kalanya terjadi pengelupasan kulit kepala yang menyebabkan kerontokan rambut. Hal ini dimungkinkan oleh penyebab eksema, jamur psoriasis, dan infeksi yang disebabkan jamur.
Teori tersebut juga menyebutkan lapisan kulit tua di tubuh dan di kulit kepala secara normal dibuang secara berkala dan tumbuh kulit yang baru. Pergantian ini tidak pernah terlihat. Akan tetapi, bila pembuangan ini secara berlebihan digabung dengan gangguan kelenjar minyak (sebaseus) baik karena produksi minyak yang berlebihan atau terlalu sedikit.
"Akan tetapi, teori itu masih menjadi pro dan kontra di kalangan ahli dermatologis sendiri," kata dr Kusmarinah.
Teori lain yang dianggap ada kaitannya dengan munculnya ketombe adalah kondisi stres. Tidak sedikit kalangan medis yang menganggap stres bisa memicu tumbuhnya jamur di kepala.
Kusuma Dewi, seorang ahli kecantikan dan tata rias rambut, menyatakan bahwa stres dan makanan berlemak merupakan pemicu dari munculnya ketombe. "Stres membuat aliran darah di otak menjadi terganggu. Tekanan batin membuat orang menjadi tidak bahagia. Hidup pun jadi tidak teratur dan makan tidak teratur."
Celakanya lagi, tambah Kusuma Dewi, orang yang hidupnya penuh stres biasanya salah satu pelampiasannya adalah minum minuman beralkohol, merokok, minum kopi, atau banyak makanan berlemak."
Ketombe atau ptiriasis sika atau dandruff ini biasanya lebih mudah muncul pada daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia. Karena itu, untuk orang Indonesia, istilah ketombe sudah begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari, khususnya pada kaum wanitanya.
Pada umumnya, ketombe sering kambuh pada siang hari dengan ditandai adanya gatal-gatal. "Karena pada siang hari udara panas, orang banyak beraktivitas dan mengeluarkan keringat. Timbul gatal-gatal. Bila digaruk, terjadi pelepasan lapisan keratin epidermal yang bisa menempel di batang rambut atau jatuh ke baju. Apabila menempel di batang rambut, berarti ketombe itu jenisnya basah, sedangkan yang jatuh di baju ketombe kering," kata Kusuma Dewi.
Kedua jenis ketombe ini tetap sama bermasalah bagi penampilan seseorang. Apabila garukan itu cukup keras, bisa menimbulkan luka atau lecet dan sering berdarah pada kulit kepala. "Kuku dan jari tangan orang ketika menggaruk belum tentu bersih, maka akibatnya luka yang muncul ini bisa menyebabkan infeksi sekunder yang nantinya akan dimanfaatkan oleh mikroba-mikroba lainnya."
Garukan tersebut juga bisa menyebabkan kerontokan pada daerah verteks (puncak kepala). Oleh sebab itu, orang yang berketombe selain rambut tampak lepek dan berminyak, sering disertai dengan kerontokan.
Lebih spesifik lagi, ketombe lebih banyak menyerang orang-orang di usia puncak produktif. Pada umur-umur tertentu, 30-40 tahun, kelenjar minyak di kepala cenderung berproduksi maksimal. Apabila hal ini masih ditambah dengan berbagai faktor lain yang disebutkan sebelumnya yang bisa merangsang kelenjar minyak makin bertambah, tidak menutup kemungkinan akan terserang ketombe.
Prinsipnya, pengobatan ketombe adalah untuk mengurangi kadar minyak di permukaan kulit kepala atau jumlah sekresi sebum, menurunkan jumlah mikroba penyebab ketombe, mengurangi gejala gatal dan rambut rontok.