Defisiensi / Kekurangan Vitamin A, Penyebab Penyakit Rabun Senja / Hemeralopi
"Penyakit yang timbul karena masalah gizi di Indonesia ada empat. Yakni kurang energi protein, kekurangan yodium gizi, anemia gizi, dan defisiensi vitamin A. Defisiensi vitamin A itulah yang menyebabkan seseorang menderita rabun senja," jelas ketua Medical Education Unit ini.
Untuk membantu masyarakat menghindari penyakit mata yang erat kaitannya dengan gizi itu, jelas dokter Suryani, pemerintah sebenarnya telah melakukan intervensi dengan memberikan asupan gizi pada balita 2 kali setahun yang dilakukan pada Februari dan Agustus. Asupan gizi itu dikenal dengan
kapsul minyak ikan atau vitamin A.
Namun, tanpa kapsul minyak ikan, masyarakat sebenarnya dapat mencegah rabun senja dg mengkonsumsi vitamin A dan provitamin A yang dijumpai di makanan hewani dan nabati. Di sinilah peran pada ibu rumah tangga.
"Dengan program keluarga sadar gizi, maka tiap keluarga memahami kaidah yang baik dan benar serta bisa mengatasi persoalan gizi. Lewat program tsb, maka status gizi keluarga yg baik dapat dipertahankan & bisa diperbaiki kalau kekurangan atau kelebihan gizi," ungkapnya.
 |
| Gambar Defisiensi / Kekurangan Vitamin A, Penyebab Penyakit Rabun Senja / Hemeralopi |
Makanan Yang Mengandung Vitamin A (Sumber Vitamin A)
TAK ada ruginya mengonsumsi sayur-sayuran berwarna hijau dan merah seperti wortel, kangkung, bayam, dan lainnya. Selain murah dan sehat, sayuran ini juga menghindarkan seorang anak menderita rabun senja.
Rabun senja merupakan menurunnya fungsi penglihatan seseorang di waktu senja atau peralihan dari siang menuju malam. Penyakit ini, menurut Prof Dr dr Suryani As'ad, Sp KG yang ditemui Fajar di FK Unhas, pekan lalu, diderita oleh orang yang kurang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A yang terkandung di sayuran hijau dan merah.
Akibat Kekurangan Vitamin A
Jika seseorang mengesampingkan pentingnya kebutuhan mata akan asupan vitamin dan provitamin A lantas tidak mempedulikan gejala rabun jauh maka itu bisa mengakibatkan Keratomalacia, yang penanganannya harus secara intensif.
Gejala rabun jauh, jelas Suryani, mudah diketahui pada saat malam menjelang. Sebagai
ciri-ciri rabun jauh pada waktu peralihan itu, sang anak sering terbentur karena tak dapat melihat tembok di depannya. Jika gejala ini dibiarkan berlangsung lama dan tak ditangani, maka akan timbul bintik putih pada kornea yang disebut 'bitot spot' atau kekeruhan pada kornea (daerah hitam mata) yang kemudian menjadi keratomalacia.
Untuk itulah, konsultas gizi di beberapa rumah sakit ini menganjurkan para ibu rumah tangga memperhatikan gizi anak dan tak semata memberikan makanan kepada kepala rumah tangga saja. "Para ibu sebaiknya adil memperhatikan makanan anak-anaknya. Tak semata memprioritaskan kepala keluarga," saran Suryani.