Penyebab Serangan Jantung Mendadak & Penyakit Jantung Iskemik - AKTIVITAS rutin sehari-hari seperti menyetir mobil, mengerjakan pekerjaan rumah tangga atau bahkan bangun dari ranjang pagi hari, bisa menyebabkan berkurangnya suplai darah ke jantung, meningkatkan risiko serangan jantung bagi penderita penyakit jantung.
Demikian pendapat dr Prakash C Deedwania, kepala kardiologi VA Medical Center, di Fresno, California, yang disampaikannya dalam pertemuan ilmiah tahunan ke-71 American Heart Association (AHA) di Dallas, tanggal 9 November 1998.
Seperti dikutip dalam siaran pers AHA, Deedwania mengatakan, penelitian sebelumnya menunjukkan aktivitas yang mengeluarkan tenaga besar seperti membersihkan salju bisa memicu serangan jantung, khususnya para penderita penyakit jantung.
Penelitian terbaru menunjukkan bahkan kegiatan moderat, seperti saat bangun tidur tiba-tiba turun dari ranjang, juga bisa membawa pada keadaan berbahaya kurangnya suplai darah ke jantung atau yang disebut ischemia. Karena terhambatnya aliran darah tiba-tiba, seorang penderita penyakit jantung akan merasakan nyeri di dadanya dan sesak nafas. Tetapi sayangnya, mereka yang terserang ischemia tidak selalu merasakan nyeri di dada. Karena itu mereka tidak peduli dan meneruskan aktivitasnya.
|
Gambar Penyebab Serangan Jantung Mendadak & Penyakit Jantung Iskemik |
"Sudah diketahui, kebanyakan ischemia -lebih dari 80 persen dalam beberapa penelitian- tidak menimbulkan nyeri dada. Tidak jelas mengapa beberapa orang mengalami nyeri dan lainnya tidak. Kemungkinan pengalaman terkena serangan jantung sebelumnya, operasi by pass atau penyakit lainnya menyebabkan jantung mati rasa. Kemungkinan lain, ada variasi bagaimana seseorang merasakan sakit," kata Deedwania menjelaskan.
"Kenyataannya, ischemia tersembunyi bukan berarti tidak berbahaya. Jika penderita kurang sadar, bahkan akan lebih berbahaya dibandingkan persoalan jantung yang bisa dirasakan," kata Deedwania yang juga adalah guru besar kedokteran di University of California, di San Francisco dan di Stanford University.
Penelitian Deedwania melibatkan 97 orang, yang semuanya menderita penyakit jantung atau pernah mengalami sekali serangan jantung. Satu sampai tiga kali setiap orang diperiksa aktivitas listrik jantungnya menggunakan elektrokardiogram kontinu antara 24- 48 jam. Aktivitas listrik abnormal menunjukkan ischemia, yang berarti kebutuhan darah kaya oksigen jantung melebihi suplai yang ada.
Studi itu mencatat kebanyakan kejadian ischemia didahului oleh meningkatnya detak jantung, yang kemudian meningkatkan kebutuhan oksigen jantung. Bagi orang yang jantungnya sudah "rusak" meningkatnya kebutuhan oksigen mungkin berlebihan karena walaupun jantung mereka berdetak dengan cepat tidak bertambah banyak darah yang dipompa masuk ke jantung.
Para sukarelawan yang diteliti juga rutin membuat catatan harian rinci mengenai kegiatan sehari-hari. Mereka mencatat lebih dari 2.200 aktivitas berbeda. Para ahli menemukan aktivitas yang paling menimbulkan stres adalah menyetir, pekerjaan rumah tangga dan berkebun. Kegiatan berisiko tinggi lainnya termasuk berbicara di telpon dan menonton televisi.
"Mengemudi sangat membuat stres bagi pasien, khususnya ketika mereka terburu-buru, di tengah kemacetan atau mencoba mencari tempat parkir," kata Deedwania. "Selama 210 kali pemantauan mengemudi, ada 22 kali kejadian ischemia -lebih dari 10 persen- tetapi hanya satu orang yang merasakan nyeri dada."
Kegiatan di kebun, seperti memotong rumput dengan mesin, berkebun (menanam, menggali, memangkas pohon), dan pekerjaan rumah tangga (seperti menyedot debu atau mengepel) menghasilkan persentasi silent ischemia yang sama.
Dari 175 kegiatan berjalan kaki, tercatat 29 kasus ischemia, tetapi 20 persen individu mengalami nyeri dada. "Kemungkinan orang- orang ini lebih sadar dengan gejala ischemia saat berjalan kaki dibandingkan ketika perhatian mereka dipusatkan pada pekerjaan rumah tangga atau di kebun," ujar Deedwania.
Kejadian ischemia juga tinggi pada mereka yang turun dari ranjang seketika mereka terbangun pagi hari dan bahkan ischemia tercatat 50 kali selama 300 kali pencatatan saat tidur. "Tekanan darah dan detak jantung bisa meningkat saat tidur dengan rapid eye movement," kata Deedwania.
"Turun dari ranjang tiba-tiba mungkin menjadi faktor tingginya serangan jantung pagi hari," ungkap Deedwania. Untuk mengurangi risiko serangan jantung saat bangun tidur, para penderita penyakit jantung yang sadar tidak pernah melompat dari ranjang saat pertama kali mereka membuka mata.
"Perlahan-lahan sajalah. Berikan tubuh Anda kesempatan menyesuaikan diri. Dan gerak badan ringan rutin bisa meminimisasi risiko," kata Deedwanai menganjurkan.