Pendekatan Baru Pengobatan Hepatitis C - VIRUS hepatitis C menginfeksi 2-15 persen penduduk dunia. Pengobatan standar dengan obat interferon hanya bisa menghilangkan virus pada 10-30 persen kasus saja. Sebanyak 20-30 persen penderita hepatitis C berpeluang menjadi sirosis dan 1-3 persen menjadi kanker hati dalam jangka waktu 20-30 tahun.
Para ahli dari University of Illinois di Chicago (UIC) melaporkan dalam jurnal Science edisi tanggal 2 Oktober 1998, pendekatan baru yang bisa meningkatkan keberhasilan pengobatan hepatitis C. Mereka menggunakan model matematika untuk melacak aktivitas virus dan memperkirakan pasien mana yang paling bisa berhasil diobati dengan obat interferon.
Mereka menggunakan model matematika untuk mengerti virus hepatitis C karena sampai sekarang tidak ada kultur sel virus hepatitis C yang tersedia untuk penelitian pada binatang percobaan. Melalui model matematika itu Dr Thomas Layden, ahli penyakit saluran pencernaan dan hati dari Departemen Medis UIC, bersama dengan koleganya dari Bar-Ilan University (Israel), University of Washington (Seattle) dan Los Alamos National Laboratory (New Mexico), mengungkapkan bagaimana interferon bekerja melawan virus hepatitis C.
Riset mereka menunjukkan virus hepatitis C memiliki laju produksinya sangat tinggi (lebih tinggi dibandingkan HIV dan virus hepatitis B) dan kerja interferon, sebagian, dengan menahan produksi virus, kata Nancy Lam, asisten guru besar bidang farmasi dari UIC. Studi sebelumnya menunjukkan obat itu bekerja dengan mencegah virus menginfeksi sel.
|
Gambar Pendekatan Baru Pengobatan Hepatitis C |
Temuan ini bisa mengubah cara dokter mengobati pasien hepatitis C. "Rekomendasi pengobatan hepatitis C selama ini tidak efektif. Sekarang kami mempertanyakan jumlah interferon yang biasanya diresepkan dan waktu pemberian obat itu," kata Lam, seperti dikutip dalam siaran pers UIC pekan lalu.
Pengobatan hepatitis C yang standar ialah pemberian tiga juta unit interferon tiga kali seminggu. Peneliti UIC menggunakan dosis tinggi harian lima, 10, dan 15 juta unit dalam penelitian pada 23 pasien dan menemukan dosis 10 dan 15 juta unit paling efektif untuk periode pengobatan dua minggu.
Selama 24-48 jam pertama pemberian interferon, mereka mengamati terjadi penurunan jumlah virus dengan cepat berkaitan dengan dosis. Kemudian selama 12 hari pengobatan, mereka mencatat terjadi penurunan jumlah virus lebih lambat. Selama fase pengurangan lebih lambat itulah sel hati yang terinfeksi mati.
"Tujuannya mengobati pasien dengan kuat pada awalnya dan mematikan produksi virusnya. Dengan cara itu, bisa menghambat virus mutan yang tahan obat berkembang biak. Kemudian pengobatan diperpanjang sementara sel yang sudah terinfeksi virus mati," kata Layden menjelaskan.
Mereka juga menemukan, perlu waktu 1,7-70 hari agar sel yang terinfeksi mati. Mereka mengamati pasien yang kemasukan banyak sekali virus pertama kali laju kematian selnya lebih lambat dibandingkan dengan pasien yang sedikit kemasukan virus. Kemungkinan ada hubungan antara laju kematian sel yang tinggi dengan reaksi kekebalan tubuh.
Para peneliti mengatakan, perlu dilakukan penelitian dengan pasien lebih banyak untuk mengerti dampak aktivitas antivirus awal. Selanjutnya mereka akan meneliti fungsi kekebalan tubuh yang kemasukan virus hepatitis C. Mereka berharap bisa menemukan terapi kombinasi obat yang lebih efektif, seperti untuk mengobati HIV.