Gejala Penyakit Toxoplasma & Pengobatan Toksoplasma - BIASANYA, bila bertemu kucing yang lucu, orang akan tergoda untuk mengelusnya. Apalagi, kalau kemudian kucing itu merespons dengan membalas menggesek-gesekkan tubuhnya yang berbulu lebat itu ke tangan kita. Tapi, hati-hatilah, ada bahaya mengintip di balik kejinakan binatang itu.
Menurut dokter hewan Sigit Witjaksono, MBiomed, kucing termasuk binatang pembawa penyakit soonosis (penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia) dengan potensi tinggi. Kutu kucing misalnya, dapat menyebabkan penyakit kulit berupa semacam alergi. Gejalanya pada manusia adalah terdapat bintil-bintil merah pada kulit disertai demam tinggi.
"Biasanya, si pemilik sering menggendong kucingnya pada pergelangan tangan. Kutu itu akan menempel pada pergelangan tangan dan mengakibatkan bintil-bintil merah yang berasa gatal. Apabila gatal itu digaruk akan melebar seperti eksim," jelasnya.
Alergi semacam ini memang tidak terlalu berbahaya dan mudah diatasi. Penderita cukup berobat ke dokter kulit untuk diberi salep kulit antialergi, sedangkan pada kucing yang terdapat kutu tersebut dapat dibawa ke dokter untuk dilakukan tindakan pengobatan..
"Dokter biasanya akan melakukan pemberantasan kutu dengan diping menggunakan obat tertentu, sedangkan rumah pemiliknya juga dibersihkan. Penyakit ini memang tidak seberapa, hanya mengganggu secara kosmetik," ujar Sigit.
Yang lebih berbahaya pada kucing, menurut Sigit, adalah penyakit toksoplasmosis yang menjadi terkenal sejak aktris Dian Nitami mengaku terserang penyakit tersebut yang mengakibatkan kemandulan sementara.
Orang awam banyak yang mengira toksoplasmosis disebabkan oleh kutu kucing. Padahal, penyakit ini berasal dari semacam parasit protozoa darah yang disebut Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii ini menghasilkan spora ookista. Ookista diproduksi berjuta-juta jumlahnya di dalam tubuh kucing. Ookista keluar lewat feses atau kotoran kucing, dan biasanya ookista itu akan menempel pada bulu-bulu halusnya.
"Kucing kan biasanya buang kotoran di pasir, di tanah. Secara tidak sadar ketika kita bermain-main dengan kucing kita akan menginjak kotoran kucing tersebut dan terkena spora ookista. Atau ketika kita membelai bulunya spora itu akan terpegang oleh kita," jelas Sigit.
Ookista ini, ujar Sigit, akan berkembang menjadi protozoid dan akan menembus sel di dalam tubuh penderita. "Jadi, bukan karena bulu kucingnya. Tetapi bulu kucing yang terjangkit spora ookista. Bulu kucingnya sendiri tidak menyebabkan toksoplasmosis," tegasnya.
Toksoplasmosis sangat berbahaya terutama bagi para wanita yang sedang hamil. Sigit mengungkapkan penyakit ini dapat menyebabkan aborsi (keguguran), sedangkan apabila sewaktu hamil wanita tersebut tidak mengetahui bahwa ia terkena toksoplasmosis, anak yang dilahirkannya bisa cacat secara konginetal (bawaan), berupa kondisi yang disebut hirochephalus), yaitu kepala yang membesar tanpa memiliki batok kepala.
Oleh karena itu, kata Sigit, cara pencegahan yang paling aman untuk terhindar dari penyakit ini adalah ketika habis bermain-main dengan kucing selekasnya mencuci tangan. Atau setelah berkebun di tanah di mana kucing sering buang kotoran, secepatnya juga mencuci tangan. "Kucing juga kan sering naik-naik ke atas meja. Segeralah meja tersebut dibersihkan dari bulu-bulu halus yang rontok yang mungkin mengandung spora tadi," jelasnya.
Sedangkan cara mengatasinya adalah mengurangi kontak langsung dengan kucing tersebut. Apabila kucing itu sudah positif terkena toksoplasmosis, segera dibawa ke dokter hewan untuk diobati.
Kudis anjing
Bagi para pemilik anjing, Sigit juga menyarankan untuk mewaspadai bulu-bulu halus di badannya karena ada potensi penyakit jamur yang dapat menular kepada manusia, atau penyakit lain, yaitu Sarcoptes cardies atau biasa dikenal dengan penyakit kudis.
Penyakit lain pada anjing yang sudah banyak dikenal orang adalah rabies. Rabies adalah penyakit hewan yang kerap ditularkan oleh anjing, kucing, atau kera yang disebabkan oleh virus. Tanda-tanda binatang penderita rabies adalah binatang tersebut hidrofobia atau takut kepada air, memakan makanan di luar kebiasaannya seperti batu, kayu, atau besi, dan menjadi sangat hiperaktif. "Matanya melotot seperti ingin selalu menggigit, biasanya selalu mau kita belai, tetapi kemudian menolak, serta lebih liar dan buas," kata Sigit seraya menyarankan agar segera membawa binatang peliharaan yang diduga menderita rabies ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi.
Sedangkan bagi penderita asma, Sigit menganjurkan tidak memelihara binatang apa pun, khususnya kucing. "Tapi perlu digarisbawahi bahwa bukan bulunya yang menyebabkan asma, melainkan bulu itu sifatnya alergen yang merangsang tubuh untuk melawan zat alergen tersebut, sehingga terjadi bersin dan asmanya kambuh," terang sigit.
Penderita penyakit alergi juga dianggap rentan berdekatan dengan binatang peliharaan. Apabila habis menggendong kucing lalu kita bersin-bersin dan hidung mengeluarkan lendir, hal itu menunjukkan bahwa Anda menderita alergi.
Menurut Sigit, agar aman memelihara binatang peliharaan, perlu dilakukan tiga cara sebagai berikut:
Pertama, sediakan kandang yang layak untuk tempat tinggalnya, dan tidak tidur sembarangan di dalam rumah.
Kedua, tersedianya pakan yang cukup agar ia tetap sehat.
Ketiga, dilakukan tindakan preventif atau pencegahan secara rutin, seperti vaksinasi rutin ke dokter hewan.
"Misalnya, vaksinasi dan pemeriksaan rutin ke dokter hewan secara periodik. Untuk anjing dan kucing minimal tiga bulan sekali, karena ada program pemberian obat cacing. Untuk anjing dan kucing di bawah umur enam bulan ada program vaksinasi awal seperti pencegahan penyakit karena virus parvo, distempler, maupun antirabies," ucap Sigit.
Bagaimana seandainya hewan peliharaan tersebut dibawa tidur oleh pemiliknya? Menurut Sigit, hal itu boleh-boleh saja dilakukan sejauh hewan tersebut dinyatakan sehat oleh dokter.
==**==Menurut dokter hewan Sigit Witjaksono, MBiomed, kucing termasuk binatang pembawa penyakit soonosis (penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia) dengan potensi tinggi. Kutu kucing misalnya, dapat menyebabkan penyakit kulit berupa semacam alergi. Gejalanya pada manusia adalah terdapat bintil-bintil merah pada kulit disertai demam tinggi.
"Biasanya, si pemilik sering menggendong kucingnya pada pergelangan tangan. Kutu itu akan menempel pada pergelangan tangan dan mengakibatkan bintil-bintil merah yang berasa gatal. Apabila gatal itu digaruk akan melebar seperti eksim," jelasnya.
Alergi semacam ini memang tidak terlalu berbahaya dan mudah diatasi. Penderita cukup berobat ke dokter kulit untuk diberi salep kulit antialergi, sedangkan pada kucing yang terdapat kutu tersebut dapat dibawa ke dokter untuk dilakukan tindakan pengobatan..
"Dokter biasanya akan melakukan pemberantasan kutu dengan diping menggunakan obat tertentu, sedangkan rumah pemiliknya juga dibersihkan. Penyakit ini memang tidak seberapa, hanya mengganggu secara kosmetik," ujar Sigit.
Gambar Gejala Penyakit Toxoplasma & Pengobatan Toksoplasma |
Orang awam banyak yang mengira toksoplasmosis disebabkan oleh kutu kucing. Padahal, penyakit ini berasal dari semacam parasit protozoa darah yang disebut Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii ini menghasilkan spora ookista. Ookista diproduksi berjuta-juta jumlahnya di dalam tubuh kucing. Ookista keluar lewat feses atau kotoran kucing, dan biasanya ookista itu akan menempel pada bulu-bulu halusnya.
"Kucing kan biasanya buang kotoran di pasir, di tanah. Secara tidak sadar ketika kita bermain-main dengan kucing kita akan menginjak kotoran kucing tersebut dan terkena spora ookista. Atau ketika kita membelai bulunya spora itu akan terpegang oleh kita," jelas Sigit.
Ookista ini, ujar Sigit, akan berkembang menjadi protozoid dan akan menembus sel di dalam tubuh penderita. "Jadi, bukan karena bulu kucingnya. Tetapi bulu kucing yang terjangkit spora ookista. Bulu kucingnya sendiri tidak menyebabkan toksoplasmosis," tegasnya.
Toksoplasmosis sangat berbahaya terutama bagi para wanita yang sedang hamil. Sigit mengungkapkan penyakit ini dapat menyebabkan aborsi (keguguran), sedangkan apabila sewaktu hamil wanita tersebut tidak mengetahui bahwa ia terkena toksoplasmosis, anak yang dilahirkannya bisa cacat secara konginetal (bawaan), berupa kondisi yang disebut hirochephalus), yaitu kepala yang membesar tanpa memiliki batok kepala.
Oleh karena itu, kata Sigit, cara pencegahan yang paling aman untuk terhindar dari penyakit ini adalah ketika habis bermain-main dengan kucing selekasnya mencuci tangan. Atau setelah berkebun di tanah di mana kucing sering buang kotoran, secepatnya juga mencuci tangan. "Kucing juga kan sering naik-naik ke atas meja. Segeralah meja tersebut dibersihkan dari bulu-bulu halus yang rontok yang mungkin mengandung spora tadi," jelasnya.
Sedangkan cara mengatasinya adalah mengurangi kontak langsung dengan kucing tersebut. Apabila kucing itu sudah positif terkena toksoplasmosis, segera dibawa ke dokter hewan untuk diobati.
Kudis anjing
Bagi para pemilik anjing, Sigit juga menyarankan untuk mewaspadai bulu-bulu halus di badannya karena ada potensi penyakit jamur yang dapat menular kepada manusia, atau penyakit lain, yaitu Sarcoptes cardies atau biasa dikenal dengan penyakit kudis.
Penyakit lain pada anjing yang sudah banyak dikenal orang adalah rabies. Rabies adalah penyakit hewan yang kerap ditularkan oleh anjing, kucing, atau kera yang disebabkan oleh virus. Tanda-tanda binatang penderita rabies adalah binatang tersebut hidrofobia atau takut kepada air, memakan makanan di luar kebiasaannya seperti batu, kayu, atau besi, dan menjadi sangat hiperaktif. "Matanya melotot seperti ingin selalu menggigit, biasanya selalu mau kita belai, tetapi kemudian menolak, serta lebih liar dan buas," kata Sigit seraya menyarankan agar segera membawa binatang peliharaan yang diduga menderita rabies ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi.
Sedangkan bagi penderita asma, Sigit menganjurkan tidak memelihara binatang apa pun, khususnya kucing. "Tapi perlu digarisbawahi bahwa bukan bulunya yang menyebabkan asma, melainkan bulu itu sifatnya alergen yang merangsang tubuh untuk melawan zat alergen tersebut, sehingga terjadi bersin dan asmanya kambuh," terang sigit.
Penderita penyakit alergi juga dianggap rentan berdekatan dengan binatang peliharaan. Apabila habis menggendong kucing lalu kita bersin-bersin dan hidung mengeluarkan lendir, hal itu menunjukkan bahwa Anda menderita alergi.
Menurut Sigit, agar aman memelihara binatang peliharaan, perlu dilakukan tiga cara sebagai berikut:
Pertama, sediakan kandang yang layak untuk tempat tinggalnya, dan tidak tidur sembarangan di dalam rumah.
Kedua, tersedianya pakan yang cukup agar ia tetap sehat.
Ketiga, dilakukan tindakan preventif atau pencegahan secara rutin, seperti vaksinasi rutin ke dokter hewan.
"Misalnya, vaksinasi dan pemeriksaan rutin ke dokter hewan secara periodik. Untuk anjing dan kucing minimal tiga bulan sekali, karena ada program pemberian obat cacing. Untuk anjing dan kucing di bawah umur enam bulan ada program vaksinasi awal seperti pencegahan penyakit karena virus parvo, distempler, maupun antirabies," ucap Sigit.
Bagaimana seandainya hewan peliharaan tersebut dibawa tidur oleh pemiliknya? Menurut Sigit, hal itu boleh-boleh saja dilakukan sejauh hewan tersebut dinyatakan sehat oleh dokter.
Search Terms: toxoplasma , toksoplasma , virus toksoplasma , toksoplasmosis , toksoplasma adalah , penyakit toxoplasma , penyakit toksoplasma , gejala toksoplasma , pengobatan toksoplasma , penyebab toksoplasma , penyakit dari kucing
Tag Cloud: toxoplasmosis penyakit tentang makalah toxoplasma penularan pencegahan mengobati cara pengobatan toksoplasmosis klinis gejala pdf inkubasi masa sejarah vektor penyebab obat kehamilan pada toksoplasma tes gondii kucing dari adalah virus